Wednesday, 10 April 2013

PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DAN JALUR MIGRASI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DAN JALUR MIGRASI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


Dosen Penanggung Jawab:
Rusdi Leidonald, MSc

Oleh:

SANTA ODILIA P N
110302023
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN



SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013



KATA PENGANTAR


          Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis   kesempatan sehingga dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
            Adapun judul dari laporan ini adalah Penangkapan Ikan Pelagis Dan Jalur Migrasi Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis,  merupakan slah satu syarat untuk dapat mengikuti mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan  Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
            Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para dosen pengajar mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan yaitu Zulham Apandy S.kel, M.Si. dan Rusdi Leionald, serta para rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
            Penulis juga menyadri laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis juga mengharapkan









                                                                                                Medan,  April 2013



Penulis











DAFTAR ISI



KATAPENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2  Tujuan....................................................................................... 2
1.3  Manfaat....................................................................................  2

BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Informasi Geografis......................................................... 3
2.2 Klasifikasi dan Morfologi........................................................... 4
2.3 Penangkapan Ikan Pelagis.......................................................... 6

BAB III Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil.......................................................................................... 8
            3.2 Pembahasan...............................................................................16

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Database dapat didefenisikan sebagai kumpulan data yang saling terkait dan dirancang untuk menyatukan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga atau organisasi (Mc Faden). Databese ini mempunyai dua indikator penting yaitu integrated (terpadu) dan shared (mudah diakses dan digunakan). Sedangkan Database Management System (DBMS) adalah sebuah intermediasi antara program-program aplikasi oleh pengguna dan database yang ada. Pengguna menggunakan program aplikasi dan membutuhkan software untuk memproses data dalam DBMS environment dan kemudian menyimpan atau mengakses data. Jadi secara sederhana database merupakan kumpulan data persistent yang digunakan oleh sistem-sistem aplikasi dari beberapa pengguna tertentu (Zainuddin, 2006).
Sasaran utama dari setiap usaha penangkapan ikan di laut dengan menggunakan jenis alat tangkap apapun adalah adanya suatu keberhasilan usaha penangkapan ikan, yaitu nelayan yang bersangkutan mampu menangkap sebanyak mungkin sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya yang di keluarkan juga mampu mendapatkan keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ika tangkapan tersebut. Realisasi di lapangan menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan tidak selalu mendapatkan hasil yang diharapkan. Usaha penangkapan ikan laut merupakan usaha tingkat kegagalannya cukup tinggi   (High risk), kenyataan yang demikian mengindikasikan bahwa setiap nelayan senantiasa dihadapkan pada masalah kegagalan usaha (Winarso, 2004).
Teluk Tomini adalah salah satu wilayah yang khas mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang besar, letaknya sangat unik dan spesifik berada di khatulistiwa namun eksplorasi sumberdaya masih belum memadai dan membutuhkan pengelolaan secara profesional dan terpadu agar mampu menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di Wilayah Teluk Tomini secara baik sehingga akan terjadi pemanfaatan yang berkelanjutan dan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada. Teluk Tomini adalah salah satu wilayah yang khas mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang besar, letaknya sangat unik dan spesifik berada di khatulistiwa namun eksplorasi sumberdaya masih belum memadai dan membutuhkan pengelolaan secara profesional dan terpadu agar mampu menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di Wilayah Teluk Tomini secara baik sehingga akan terjadi pemanfaatan yang berkelanjutan dan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada. Teluk Tomini adalah salah satu wilayah yang khas mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang besar, letaknya sangat unik dan spesifik berada di khatulistiwa namun eksplorasi sumberdaya masih belum memadai dan membutuhkan pengelolaan secara profesional dan terpadu agar mampu menjamin keberlanjutan pembangunan perikanan di Wilayah Teluk Tomini secara baik sehingga akan terjadi pemanfaatan yang berkelanjutan dan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada (Fausan, 2011).

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui jalur migrasi ikan-ikan pelagis dengan bantuan Sistem Informasi Geografis.
2.      Untuk mengetahui pemanfaatan dan penggunaan Sistem Informasi Geografis di bidang perikanan.
3.      Untuk mengetahui daerah yang kaya akan ikan-ikan pelagis serta jalur penangkapannya.
1.3  Manfaat
1.      Untuk sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan
2.      Agar dapat mengaplikasikan Sistem Informasi Geografis dalam bidang perikanan.





BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu dunia nyata yang dapat direpresentasikan di atas monitor komputer. Sebagaimana halnya sebuah lukisan di atas sehelai kertas dapat merepresentasikan sesosok manusia. Akan tetapi SIG mempunyai kemampuan lebih dan fleksibel dibandingkan dengan lukisan di atas kertas ataupun lembaran-lembaran peta. Pada masa sekarang, saat segala sesuatu di dunia ini berkembang dengan sedemikian pesatnya, informasi memegang peranan yang sangat penting di berbagai kalangan masyarakat. Dalam hal ini, informasi menjadi sebuah pijakan atau dasar bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau membuat sebuah keputusan. Maka kemudian berkembanglah suatu sistem teknologi informasi yang menjadi sarana penunjang untuk mengolah dan menyajikan informasi secara cepat, mudah dimengerti dan aplikatif. Salah satu dari sekian banyak jenis teknologi informasi yang berkembang dewasa ini adalah Geographic Information System (GIS) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Puspita, 2010).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan cakalang adalah sebagai berikut :
Phylum            : Vertebrata
Class                : Telestoi
Ordo                : Perciformes
Famili              : Scombridae
Genus              : Katsuwonus
Species            : Katsuwonus pelamis (Skip jack)










Ikan Cakalang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, salah satunya terdapat di Pasifik timur dengan suhu air tempat ikan ini adalah 5-130C (dapat sampai 23 0C). Menurut Nakamura (1991), potensi ikan cakalang di seluruh dunia cukup besar, dengan tingkat regenerasi cukup tinggi, oleh karenanya tidak perlu khawatir akan habis meskipun dilakukan penangkapan dalam jumlah besar (Fausan, 2011).
Menurut Saanin (1984), klasifikasi  ikan tuna adalah sebagai berikut :
      Phylum            : Chordata
      Class               : Telestoi
      Ordo               : Perciformes
      Famili              : Scombridae
      Genus              : Thunnus
      Species            : Thunnus albacares











Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi, akan lebih mudah dilacak di suatu area melalui teknologi Sistem Informasi Geografis karena ikan cenderung berkumpul pada lingkungan tertentu, seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy), dan front gradien pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacora tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsentrasi pada kisaran suhu 18.25-21.5oC dan berasosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Zainuddin, 2006).
Menurut Saanin (1984), klasifikasi  ikan tuna adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Carangidae
Genus              Decapterus
Spesies            Decapterus russelli RUPPELL


Ikan layang (Decapterus russelli) mempunyai nama umum round scad(Nurhakim, 1987). Ikan layang merupakan ikan yang mempunyai kemampuan bergerak dengan cepat di air laut. Tingginya kecepatan tersebut dapat dicapai karena bentuk tubuhnya yang seperti cerutu dan mempunyai sisik yang sangat halus (Wasilah, 2010).
Ikan layang (Decapterus russelli) bentuk tubuh seperti cerutu tetapi agak pipih, sirip dada lebih pendek dari panjang kepala, maxilla hampir mencapai lengkung mata terdepan, ikan layang (Decapterus russelli) dalam keadaan segar seluruh tubuhnya berwarna merah jambu, dan pada bagian belakang tutup insang terdapat totol hitam (Burhanuddin et al, 1981). Menurut Anonimous (1990) ciri-ciri ikan layang adalah bentuk tubuh memanjang dan agak gepeng. Nurhakim (1987) menyatakan sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal dari sirip punggung kedua.
Ikan layang merupakan ikan perenang cepat yang hidup berkelompok di Laut yang jernih dan bersalinitas tinggi. Menurut Hariatiet al., (2005) Ikan layang (Decapterus russelli) hidup di perairan dengan salinitas tinggi yaitu ± 32‰. Ikan layang juga termasuk dalam ikanstenohalyn yang dapat hidup dengan memakan plankton (Burhanuddinet.al.,1981). Makanan ikan layang sangat tergantung pada plankton, terutama jenis-jenis zooplankton. Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan layang tidak mutlak tergantung pada zooplankton. Tiews et al. (1968)dalam Burhanuddin et al. (1981) mendapatkan bahwa ikan-ikan kecil merupakan makanan bagi Decapterus russelli dan Burhanuddin pernah menemukan satu ekor dari kota agung isi perutnya hanya dua ekor ikan teri (Stolephorus spp.) dan seekor ikan japuh (Dussumiera acuta). Menurut Martosewojo dan Djamali (1980) dalam Burhanuddin (1981) makananDecapterus russelli yang utama adalah Crustacea seperti Copepoda serta telurnya, Mysidacea, Amphipoda, Ostracoda, dan potongan-potongan udang.

2.3 Penangkapan Ikan Pelagis
            Masalah yang umum dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan yang bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami, ikan akan memilih habitat yang sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi kondisi oseonografi perairan. Dengan demikian daerah potensial penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh factor oseonografi perairan. Kegiatan penangkapan ikan akan lebih efektif dan efisien apabila daerah penagkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armada penagkapan ikan berangkat dari pangkalan. Salah satu cara untuk mengetahui daerah potensial penangkapan ikan adalah melalui study daerah penangkapan ikan dan  hubungannya dengan fenomena oseonografi secara berkelanjutan (Wasilah, 2010)
            Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi ditribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan luas (SST), tingkat konsentrasi klorofil-a, perbedaan tinggi muka laut, arah dan kecepatan arus dan tingkat produktivitas primer. Data indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu  parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saing berkaitan. Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan banyak memberi informasi spesial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base ke fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif (Zainuddin, 2006). 
            Penyebaran ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyebaran horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan penyebaran vertikal atau penyebaran menurut kedalaman perairan. Penyebaran Cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus garis konvergensi diantara arus dingin dan arus panas merupakan daerah yang kaya akan organisme dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang sangat baik untuk perikanan tuna dan Cakalang. Dalam perikanan tuna dan cakalang pengetahuan tentang sirkulasi arus sangat diperlukan, karena kepadatan populasi pada suatu perairan sangat berhubungan dengan arus-arus tersebut (Nakamura, 1969).
            Di antara jenis ikan pelagis yang potensial tertangkap di perairan Selayar adalah ikan cakalang dan ikan layang. Menurut Uktolseja (1998), besarnya potensi lestari untuk ikan cakalang sebesar 28.449 ton/tahun di Laut Flores dan Selat Makassar. Luas kedua perairan tersebut sekitar 605.800 km2, sehingga penyebaran ikan cakalang sekitar 0,03 ton/km2. Estimasi besarnya potensi lestari ikan cakalang di kecamatan kepulauan Selayar sekitar 1266 ton/tahun. Potensi ikan layang diperkirakan sebesar 401,4 ton/tahun. Sedangkan potensi ikan pelagis lainnya diduga sekitar 3903 ton/tahun (Zainuddin, 2009).
            Komponen kunci dalam Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer, data geospatial (data atribut) dan pengguna, yang dapat digambarkan sebagai berikut:





BAB III


HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
            Adapun hasil yang di dapat adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Peta Hubungan Ikan Cakalang dengan sebaran suhu pada bulan Mei
  Gambar 2.  Peta hubungan ikan cakalang dengan sebaran klorofil-a pada bulan April

Gambar 3. Salah satu databese perikanan tuna longline

Gambar 4. Peta hubungan ikan cakalang dengan sebaran klorofil-a pada bulan Mei


                       Gambar 5.  Aplikasi SIG dan inderaja dalam penangkapan ikan tuna pada bulan 
                                             November 2000 (resolusi semua layer citra=9km).


                       Gambar 6. Arsitektur Web Sistem Informasi Geografis

Gambar 7. Tampilan peta pada layer

 Gambar 8. Pembentukan layer pada Sistem Informasi Geografis

                                    Gambar 9.  Peta distribusi daerah penangkapan ikan pelagis


                     Gambar 10. Produksi cakalang Katsuwonus pelamis di tahun 2003 sampai 2007

Gambar 11. Sistem Proyeksi UTM

Gambar 12. Perairan Teluk Tomini

Gambar 13.  Sistem Penginderaan Jauh

3.2    Pembahasan
Potensi sumberdaya ikan cakalang dan layang di sekitar perairan Selayar cukup besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Maximum Sustainable Yield (MSY) untuk masing-masing spesies adalah 203 ton/tahun dan 734 ton/tahun. Ini menunjukkan bahwa potensi ikan pelagis yang potensial ini perlu dimanfaatkan secara optimal dengan mengopersikan alat tangkap secara efektif dan efisien. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan cakalang di daerah penelitian adalah pancing joran (pole and line), pancing tonda (trolling line), rawai tuna (tuna long line). Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan layang antara lain pukat cincin (purse seine), jaring insang (gill net), payang, bagan dan rawai. Sumberdaya ikan yang potensial tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan mengembangkan sistem informasi geografis formasi daerah penangkapan ikan yang produktif. Informasi spasial fishing ground ini
mengarah pada efisiensi operasi penangkapan ikan pelagis terutama ikan cakalang dan layang di sekitar Perairan Selayar.
Secara spesifik hasil penelitian pendugaan potensi ikan pelagis menggambarkan bahwa tingkat pemanfaatan ikan cakalang masih sekitar 15.39% dari jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan (JTB) . Tingkat ekploitasi untuk ikan layang masih berkisar 49.7% dari JTB. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat hasil tangkapan (produksi) masih perlu ditingkatkan guna memanfaatkan segenap potensi sumberdaya ikan yang ada di Perairan Selayar. Terkait dengan kebijakan perikanan tangkap di Indonesia, mekanisme pengelolaannya ditentukan oleh nilai MSY. Dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, sasaran pengelolaan perikanan tangkap telah ditetapkan 80% dari nilai MSY (DKP, 2005).
Dengan mengelola upaya penangkapan ikan cakalang dan layang pada tingkat JTB, kesinambungan produksi yang optimal secara biologis bisa dipertahankan. Pada saat yang sama keuntungan yang diperoleh nelayan juga akan meningkat. Untuk mendapatkan hasil tangkapan pada level JTB, informasi tentang formasi daerah penangkapan ikan yang potensial dari waktu ke waktu sangat dibutuhkan oleh para stakeholders, khususnya nelayan.
Implemetasi sistem merupakan sebuah proses pembuatan dan penerapan
secara utuh baik dari sisi perangkat lunak maupun dari perangkat keras. Pada bab
ini akan menjelaskan tentang pengujian dan analisa hasil program yang sudah
dibuat. Pada tahap ini juga dilakukan langkah persiapan sumber daya manusia
dari yang menjalankan sistem tersebut.Pada proses pengujian sistem ini dibutuhkan beberapa perangkat baik perangkat lunak maupun perangkat keras yang menunjang dan berkaitan dengan Sistem Informasi Geografis.
Menurut Hela dan Leavestu (1970) bahwa suhu merupakan faktor penting untuk menetukan penilaian suatu daerah penangkapan ikan (Fishing Ground), dimana hal tersebut tidak hanya ditentukan oleh suhu semata, akan tetapi juga oleh perubahan suhu. Selain itu, menurut Gunarso (1996), suhu yang ideal untuk ikan cakalang antara 260C-320C. fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting dalam merangsang dan menentukan pengkonsetrasian
gerombolan ikan. Suhu memegang peranan dalam penentuan daerah penangkapan ikan.
Perubahan lingkungan perairan (suhu dan konsentrasi klorofil-a) berpengaruh nyata terhadap fluktuasi hasil tangkapan ikan cakalang. Sedangkan parameter oseanografi yang lain (kecepatan arus, kedalaman, dan salinitas menunjukkan tidk berpengaruh nyata.
Selain faktor perubahan kondisi oseanografi, keberhasilan operasi penangkapan yang dilakukan juga dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas yang tertangkap. Namun keberhasilan operasi penangkapan ikan itu sendiri masih dipengaruhi oleh faktor skill pemancing, fishing master dan ketersediaan serta kualitas umpan hidup
Tahapan kerja (SIG) meliputi tahap persiapan yang meliputi tahap kegiatan, kajian kebutuhan yaitu mengkaji tentang informasi apa yang diinginkan oleh pengguna atau masyarakat. Pembuatan konsep dan peta tematik yang dibutuhkan,  menyiapkan peta dasar yang diperlukan yaitu untuk menghindari adanya gambar pada peta yang kurang jelas, kecocokan skala peta dan merancang siklus basis data yang akan dibangun, tahap berikutnya adalah digitasi peta, anotasi, pemberian label, analisis dan pelaporan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.      Usaha penangkapan ikan tuna, cakalang, dan layang merupakan serangkaian kegiatan usaha penangkapan yang membutuhkan tenaga kerja dan dengan bantuan Sistem Informasi Geografis dapat dengan mudah dalam proses penangkapannya
2.      Parameter oseanografis suhu, konsentrasi Klorofil-a, kedalaman, salinitas dan kecepatan arus memberi pengaruh nyata terhadap variasi hasil tangkapan cakalang di perairan Teluk Tomini Gorontalo. Sedangkan Faktor oseonografi yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil tangkapan ikan cakalang adalah suhu dan khlorofil-a.
3.      Daerah potensial penangkapan ikan cakalang memiliki luas area 36,3528 km2 yang  terletak antara 121,890 BT sampai 121,950 BT dan 0,260 LU sampai 0,190 L dengan jarak 34,43 mil dari posisi fishing base dimana jumlah tangkapannya berkisar antara 257-330 ekor/hauling.
4.    Daerah potensial untuk memprediksi keberadaan potensi ikan pelagis seperti ikan cakalang dan layang dapat dipetakan dengan menggunakan citra satelit infrared MODIS. Pemetaan ini didasarkan pada SPL optimum untuk masing-masing ikan yang telah diteliti sebelumnya. Penelitian ini memperlihatkan bahwa hasil tangkapan yang relatif besar pada bulan Juni konsisten dengan kondisi SPL optimum ikan.
 -    Kemampuan dalam memetakan potensi ikan diharapkan dapat membantu nelayan dalam menangkap ikan di laut dengan efektif dan efisien dalam batasan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (TAC).
5.      Data kondisi oseanografi untuk estimasi suhu permukaan laut (SPL) dari bulan Juni sampai September 2006 (musim timur) diperoleh dari database NASA yaitu data dari satelit AQUA dan sensor MODIS (Moderate-Resolution Imaging Spectrometer) dengan resolusi spasial 4 km dan resolusi temporal bulanan (monthly average). Data SPL MODIS yang digunakan dalam penelitian ini adalah data binary level 3 Standad Mapped Image (SMI) dengan format HDF (Hierarchical Data Format).








4.2 Saran
Adapun saran yang sangat diperlukan adalah  dikarenakan diiperlukan penelitian lanjutan pada semua musim sehingga mendapatkan gambaran tentang zona potensial penangkapa ikan Tuna dan Cakalang selama satu tahun.





DAFTAR PUSTAKA

Fausan. 2011.  Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
              Berbasis Sistem Informasi Geografis Diperairan  Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. [skripsi].
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
            Hasanuddin

Nakamurah. 1969. Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Untuk Mengetahui Tingkat
            Pencemaran Limbah Pabrik Di Kabupaten Situbondo. Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim.

Puspita, S. 2005. Panduan Teknik Lapang: GIS, GPS dan Remote Sensing. [skripsi]. Fakultas Ilmu
 Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin

Wasilah. 2010. Sistem Informasi Geografis (Sig) Tambak Ikan Di Kabupaten Lamongan  Sebagai Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Letak Strategis Dan Jenis Tambak Dalam Mengembangkan Usaha Budidaya Ikan.

Zainuddin, M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penelitian Perikanan Dan
            Kelautan. [skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin

Zainuddin, M. 2006. Estimasi Potensi Dan Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan
 Pelagis Di Perairan Selayar Dengan Menggunakan Citra Satelit Aqua/Modis.
 [skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.