PENANGKAPAN
IKAN PELAGIS DAN JALUR MIGRASI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Dosen Penanggung
Jawab:
Rusdi Leidonald, MSc
Oleh:
SANTA ODILIA P N
110302023
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
SISTEM INFORMASI
SUMBERDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis kesempatan
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah
“Penangkapan
Ikan Pelagis Dan Jalur Migrasi Dengan Menggunakan Sistem Informasi
Geografis”, merupakan slah
satu syarat untuk dapat mengikuti mata
kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada para dosen pengajar mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya
Perairan yaitu Zulham Apandy S.kel, M.Si. dan Rusdi Leionald, serta para rekan mahasiswa yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis juga menyadri laporan ini
masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis juga mengharapkan
Medan, April 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATAPENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR
ISI..............................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 2
1.3 Manfaat.................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Informasi Geografis......................................................... 3
2.2 Klasifikasi dan Morfologi........................................................... 4
2.3 Penangkapan
Ikan Pelagis.......................................................... 6
BAB III Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil.......................................................................................... 8
3.2 Pembahasan...............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Database
dapat didefenisikan sebagai kumpulan data yang saling terkait dan dirancang
untuk menyatukan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga atau
organisasi (Mc Faden). Databese ini mempunyai dua indikator penting yaitu
integrated (terpadu) dan shared (mudah diakses dan digunakan). Sedangkan Database Management System (DBMS) adalah
sebuah intermediasi antara program-program aplikasi oleh pengguna dan database
yang ada. Pengguna menggunakan program aplikasi dan membutuhkan software untuk
memproses data dalam DBMS environment
dan kemudian menyimpan atau mengakses data. Jadi secara sederhana database
merupakan kumpulan data persistent yang digunakan oleh sistem-sistem aplikasi
dari beberapa pengguna tertentu (Zainuddin, 2006).
Sasaran
utama dari setiap usaha penangkapan ikan di laut dengan menggunakan jenis alat
tangkap apapun adalah adanya suatu keberhasilan usaha penangkapan ikan, yaitu
nelayan yang bersangkutan mampu menangkap sebanyak mungkin sehingga hasilnya
dapat menutupi semua biaya yang di keluarkan juga mampu mendapatkan keuntungan
berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ika tangkapan tersebut.
Realisasi di lapangan menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan tidak selalu
mendapatkan hasil yang diharapkan. Usaha penangkapan ikan laut merupakan usaha
tingkat kegagalannya cukup tinggi (High risk), kenyataan yang demikian
mengindikasikan bahwa setiap nelayan senantiasa dihadapkan pada masalah
kegagalan usaha (Winarso, 2004).
Teluk
Tomini adalah salah satu wilayah yang khas mempunyai potensi kelautan dan
perikanan yang besar, letaknya sangat unik dan spesifik berada di khatulistiwa
namun eksplorasi sumberdaya masih belum memadai dan membutuhkan pengelolaan
secara profesional dan terpadu agar mampu menjamin keberlanjutan pembangunan
perikanan di Wilayah Teluk Tomini secara baik sehingga akan terjadi pemanfaatan
yang berkelanjutan dan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada.
Teluk Tomini adalah salah satu wilayah yang khas mempunyai potensi kelautan dan
perikanan yang besar, letaknya sangat unik dan spesifik berada di khatulistiwa
namun eksplorasi sumberdaya masih belum memadai dan membutuhkan pengelolaan
secara profesional dan terpadu agar mampu menjamin keberlanjutan pembangunan
perikanan di Wilayah Teluk Tomini secara baik sehingga akan terjadi pemanfaatan
yang berkelanjutan dan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada.
Teluk Tomini adalah salah satu wilayah yang khas mempunyai potensi kelautan dan
perikanan yang besar, letaknya sangat unik dan spesifik berada di khatulistiwa
namun eksplorasi sumberdaya masih belum memadai dan membutuhkan pengelolaan
secara profesional dan terpadu agar mampu menjamin keberlanjutan pembangunan
perikanan di Wilayah Teluk Tomini secara baik sehingga akan terjadi pemanfaatan
yang berkelanjutan dan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya yang ada
(Fausan, 2011).
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui jalur migrasi ikan-ikan
pelagis dengan bantuan Sistem Informasi Geografis.
2.
Untuk mengetahui pemanfaatan dan
penggunaan Sistem Informasi Geografis di bidang perikanan.
3.
Untuk mengetahui daerah yang kaya akan
ikan-ikan pelagis serta jalur penangkapannya.
1.3 Manfaat
1.
Untuk sebagai bahan informasi bagi yang
membutuhkan
2.
Agar dapat mengaplikasikan Sistem
Informasi Geografis dalam bidang perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan
suatu dunia nyata yang dapat direpresentasikan di atas monitor komputer.
Sebagaimana halnya sebuah lukisan di atas sehelai kertas dapat merepresentasikan
sesosok manusia. Akan tetapi SIG mempunyai kemampuan lebih dan fleksibel
dibandingkan dengan lukisan di atas kertas ataupun lembaran-lembaran peta. Pada
masa sekarang, saat segala sesuatu di dunia ini berkembang dengan sedemikian
pesatnya, informasi memegang peranan yang sangat penting di berbagai kalangan
masyarakat. Dalam hal ini, informasi menjadi sebuah pijakan atau dasar bagi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau membuat sebuah keputusan. Maka
kemudian berkembanglah suatu sistem teknologi informasi yang menjadi sarana
penunjang untuk mengolah dan menyajikan informasi secara cepat, mudah dimengerti
dan aplikatif. Salah satu dari sekian banyak jenis teknologi informasi yang berkembang
dewasa ini adalah Geographic Information System (GIS) atau dalam bahasa
Indonesia sering disebut dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Puspita,
2010).
2.2
Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi
ikan cakalang adalah sebagai berikut :
Phylum
: Vertebrata
Class
: Telestoi
Ordo
: Perciformes
Famili
: Scombridae
Genus
: Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis (Skip
jack)
Ikan
Cakalang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, salah satunya terdapat
di Pasifik timur dengan suhu air tempat ikan ini adalah 5-130C (dapat sampai 23
0C). Menurut Nakamura (1991), potensi ikan cakalang di seluruh dunia cukup
besar, dengan tingkat regenerasi cukup tinggi, oleh karenanya tidak perlu
khawatir akan habis meskipun dilakukan penangkapan dalam jumlah besar (Fausan,
2011).
Menurut Saanin (1984),
klasifikasi ikan tuna adalah sebagai
berikut :
Phylum
: Chordata
Class
: Telestoi
Ordo
: Perciformes
Famili
: Scombridae
Genus
: Thunnus
Species : Thunnus
albacares
Ikan dengan
mobilitasnya yang tinggi, akan lebih mudah dilacak di suatu area melalui
teknologi Sistem Informasi Geografis karena ikan cenderung berkumpul pada
lingkungan tertentu, seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran (eddy), dan front gradien pertemuan dua massa air yang berbeda baik
itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam
melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor
lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator
oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacora tuna
di laut utara Pasifik cenderung terkonsentrasi pada kisaran suhu 18.25-21.5oC
dan berasosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3
(Zainuddin, 2006).
Menurut
Saanin (1984), klasifikasi ikan tuna
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Decapterus
Spesies : Decapterus russelli RUPPELL
Ikan layang (Decapterus russelli) mempunyai
nama umum round scad(Nurhakim, 1987). Ikan layang merupakan ikan yang
mempunyai kemampuan bergerak dengan cepat di air laut. Tingginya kecepatan
tersebut dapat dicapai karena bentuk tubuhnya yang seperti cerutu dan mempunyai
sisik yang sangat halus (Wasilah, 2010).
Ikan layang (Decapterus russelli) bentuk tubuh seperti cerutu tetapi
agak pipih, sirip dada lebih pendek dari panjang kepala, maxilla hampir
mencapai lengkung mata terdepan, ikan layang (Decapterus russelli) dalam
keadaan segar seluruh tubuhnya berwarna merah jambu, dan pada bagian
belakang tutup insang terdapat totol hitam (Burhanuddin et al,
1981). Menurut Anonimous (1990) ciri-ciri ikan layang adalah bentuk tubuh
memanjang dan agak gepeng. Nurhakim (1987) menyatakan sirip dada
berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal
dari sirip punggung kedua.
Ikan layang merupakan ikan perenang cepat yang hidup berkelompok di Laut
yang jernih dan bersalinitas tinggi. Menurut Hariatiet al., (2005) Ikan
layang (Decapterus russelli) hidup di perairan dengan salinitas tinggi
yaitu ± 32‰. Ikan layang juga termasuk dalam ikanstenohalyn yang
dapat hidup dengan memakan plankton (Burhanuddinet.al.,1981). Makanan ikan layang sangat tergantung pada plankton, terutama jenis-jenis
zooplankton. Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan layang tidak mutlak
tergantung pada zooplankton. Tiews et al. (1968)dalam Burhanuddin et
al. (1981) mendapatkan bahwa ikan-ikan kecil merupakan makanan bagi Decapterus
russelli dan Burhanuddin pernah menemukan satu ekor dari kota agung
isi perutnya hanya dua ekor ikan teri (Stolephorus spp.) dan seekor
ikan japuh (Dussumiera acuta). Menurut Martosewojo dan Djamali
(1980) dalam Burhanuddin (1981) makananDecapterus
russelli yang utama adalah Crustacea seperti Copepoda serta
telurnya, Mysidacea, Amphipoda, Ostracoda, dan potongan-potongan udang.
2.3 Penangkapan Ikan Pelagis
Masalah
yang umum dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan yang bersifat
dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami, ikan
akan memilih habitat yang sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi
kondisi oseonografi perairan. Dengan demikian daerah potensial penangkapan ikan
sangat dipengaruhi oleh factor oseonografi perairan. Kegiatan penangkapan ikan
akan lebih efektif dan efisien apabila daerah penagkapan ikan dapat diduga
terlebih dahulu, sebelum armada penagkapan ikan berangkat dari pangkalan. Salah
satu cara untuk mengetahui daerah potensial penangkapan ikan adalah melalui
study daerah penangkapan ikan dan hubungannya
dengan fenomena oseonografi secara berkelanjutan (Wasilah, 2010)
Dengan teknologi
inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi ditribusi, migrasi dan
kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan luas
(SST), tingkat konsentrasi klorofil-a, perbedaan tinggi muka laut, arah dan kecepatan
arus dan tingkat produktivitas primer. Data indikator oseanografi yang cocok
untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer pada SIG karena ikan
sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu
parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saing berkaitan.
Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan banyak memberi informasi
spesial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara
fishing base ke fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan
yang efektif (Zainuddin, 2006).
Penyebaran ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
penyebaran horizontal atau penyebaran menurut letak geografis perairan dan
penyebaran vertikal atau penyebaran menurut kedalaman perairan. Penyebaran
Cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus garis konvergensi
diantara arus dingin dan arus panas merupakan daerah yang kaya akan organisme
dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang sangat baik
untuk perikanan tuna dan Cakalang. Dalam perikanan tuna dan cakalang
pengetahuan tentang sirkulasi arus sangat diperlukan, karena kepadatan populasi
pada suatu perairan sangat berhubungan dengan arus-arus tersebut (Nakamura,
1969).
Di
antara jenis ikan pelagis yang potensial tertangkap di perairan Selayar adalah ikan
cakalang dan ikan layang. Menurut Uktolseja (1998), besarnya potensi lestari
untuk ikan cakalang sebesar 28.449 ton/tahun di Laut Flores dan Selat Makassar.
Luas kedua perairan tersebut sekitar 605.800 km2, sehingga penyebaran ikan
cakalang sekitar 0,03 ton/km2. Estimasi besarnya potensi lestari ikan cakalang
di kecamatan kepulauan Selayar sekitar 1266 ton/tahun. Potensi ikan layang
diperkirakan sebesar 401,4 ton/tahun. Sedangkan potensi ikan pelagis lainnya
diduga sekitar 3903 ton/tahun (Zainuddin, 2009).
Komponen
kunci dalam Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer, data geospatial
(data atribut) dan pengguna, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Adapun hasil yang di dapat adalah sebagai
berikut:
Gambar 1. Peta Hubungan Ikan
Cakalang dengan sebaran suhu pada bulan Mei
Gambar 2. Peta
hubungan ikan cakalang dengan sebaran klorofil-a pada bulan April
Gambar 3. Salah satu databese
perikanan tuna longline
Gambar 4. Peta
hubungan ikan cakalang dengan sebaran klorofil-a pada bulan Mei
Gambar 5. Aplikasi
SIG dan inderaja dalam penangkapan ikan tuna pada bulan
November 2000 (resolusi semua layer citra=9km).
Gambar 6. Arsitektur Web Sistem
Informasi Geografis
Gambar 7. Tampilan peta pada layer
Gambar 8. Pembentukan layer pada
Sistem Informasi Geografis
Gambar 9. Peta distribusi daerah penangkapan ikan pelagis
Gambar 10. Produksi cakalang Katsuwonus pelamis di tahun 2003 sampai
2007
Gambar 11. Sistem Proyeksi UTM
Gambar 12. Perairan Teluk Tomini
Gambar 13. Sistem Penginderaan Jauh
3.2
Pembahasan
Potensi sumberdaya ikan cakalang dan
layang di sekitar perairan Selayar cukup besar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Maximum Sustainable Yield (MSY) untuk masing-masing spesies adalah
203 ton/tahun dan 734 ton/tahun. Ini menunjukkan bahwa potensi ikan pelagis
yang potensial ini perlu dimanfaatkan secara optimal dengan mengopersikan alat
tangkap secara efektif dan efisien. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap
ikan cakalang di daerah penelitian adalah pancing joran (pole and line),
pancing tonda (trolling line), rawai tuna (tuna long line). Alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan layang antara lain pukat cincin (purse
seine), jaring insang (gill net), payang, bagan dan rawai.
Sumberdaya ikan yang potensial tersebut dapat dikelola dan dimanfaatkan secara
berkelanjutan dengan mengembangkan sistem informasi geografis formasi daerah
penangkapan ikan yang produktif. Informasi spasial fishing ground ini
mengarah pada efisiensi operasi penangkapan ikan
pelagis terutama ikan cakalang dan layang di sekitar Perairan Selayar.
Secara spesifik hasil penelitian
pendugaan potensi ikan pelagis menggambarkan bahwa tingkat pemanfaatan ikan
cakalang masih sekitar 15.39% dari jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan
(JTB) . Tingkat ekploitasi untuk ikan layang masih berkisar 49.7% dari JTB. Hal
ini mengindikasikan bahwa tingkat hasil tangkapan (produksi) masih perlu
ditingkatkan guna memanfaatkan segenap potensi sumberdaya ikan yang ada di Perairan
Selayar. Terkait dengan kebijakan perikanan tangkap di Indonesia, mekanisme pengelolaannya
ditentukan oleh nilai MSY. Dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, sasaran
pengelolaan perikanan tangkap telah ditetapkan 80% dari nilai MSY (DKP, 2005).
Dengan mengelola upaya penangkapan ikan
cakalang dan layang pada tingkat JTB, kesinambungan produksi yang optimal
secara biologis bisa dipertahankan. Pada saat yang sama keuntungan yang
diperoleh nelayan juga akan meningkat. Untuk mendapatkan hasil tangkapan pada
level JTB, informasi tentang formasi daerah penangkapan ikan yang potensial
dari waktu ke waktu sangat dibutuhkan oleh para stakeholders, khususnya nelayan.
Implemetasi sistem merupakan sebuah
proses pembuatan dan penerapan
secara utuh baik dari sisi perangkat lunak maupun
dari perangkat keras. Pada bab
ini akan menjelaskan tentang pengujian dan analisa
hasil program yang sudah
dibuat. Pada tahap ini juga dilakukan langkah
persiapan sumber daya manusia
dari yang menjalankan sistem tersebut.Pada proses
pengujian sistem ini dibutuhkan beberapa perangkat baik perangkat lunak maupun
perangkat keras yang menunjang dan berkaitan dengan Sistem Informasi Geografis.
Menurut Hela dan Leavestu (1970)
bahwa suhu merupakan faktor penting untuk menetukan penilaian suatu daerah
penangkapan ikan (Fishing Ground), dimana hal tersebut tidak hanya
ditentukan oleh suhu semata, akan tetapi juga oleh perubahan suhu. Selain itu,
menurut Gunarso (1996), suhu yang ideal untuk ikan cakalang antara 260C-320C.
fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting dalam
merangsang dan menentukan pengkonsetrasian
gerombolan ikan. Suhu memegang peranan dalam
penentuan daerah penangkapan ikan.
Perubahan lingkungan perairan (suhu dan
konsentrasi klorofil-a) berpengaruh nyata terhadap fluktuasi hasil tangkapan
ikan cakalang. Sedangkan parameter oseanografi yang lain (kecepatan arus,
kedalaman, dan salinitas menunjukkan tidk berpengaruh nyata.
Selain faktor perubahan kondisi
oseanografi, keberhasilan operasi penangkapan yang dilakukan juga dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas yang tertangkap. Namun keberhasilan operasi
penangkapan ikan itu sendiri masih dipengaruhi oleh faktor skill pemancing,
fishing master dan ketersediaan serta kualitas umpan hidup
Tahapan kerja (SIG) meliputi tahap
persiapan yang meliputi tahap kegiatan, kajian kebutuhan yaitu mengkaji tentang
informasi apa yang diinginkan oleh pengguna atau masyarakat. Pembuatan konsep
dan peta tematik yang dibutuhkan,
menyiapkan peta dasar yang diperlukan yaitu untuk menghindari adanya
gambar pada peta yang kurang jelas, kecocokan skala peta dan merancang siklus
basis data yang akan dibangun, tahap berikutnya adalah digitasi peta, anotasi,
pemberian label, analisis dan pelaporan.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1.
Usaha penangkapan ikan tuna, cakalang,
dan layang merupakan serangkaian kegiatan usaha penangkapan yang membutuhkan
tenaga kerja dan dengan bantuan Sistem Informasi Geografis dapat dengan mudah
dalam proses penangkapannya
2.
Parameter oseanografis suhu, konsentrasi
Klorofil-a, kedalaman, salinitas dan kecepatan arus memberi pengaruh nyata
terhadap variasi hasil tangkapan cakalang di perairan Teluk Tomini Gorontalo.
Sedangkan Faktor oseonografi yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
hasil tangkapan ikan cakalang adalah suhu dan khlorofil-a.
3.
Daerah potensial penangkapan ikan
cakalang memiliki luas area 36,3528 km2 yang terletak antara 121,890 BT sampai 121,950 BT
dan 0,260 LU sampai 0,190 L dengan jarak 34,43 mil dari posisi fishing
base dimana jumlah tangkapannya berkisar antara 257-330 ekor/hauling.
4. Daerah potensial untuk memprediksi
keberadaan potensi ikan pelagis seperti ikan cakalang dan layang dapat dipetakan
dengan menggunakan citra satelit infrared MODIS. Pemetaan ini didasarkan
pada SPL optimum untuk masing-masing ikan yang
telah diteliti sebelumnya. Penelitian ini memperlihatkan bahwa hasil tangkapan yang
relatif besar pada bulan Juni konsisten dengan kondisi SPL optimum ikan.
- Kemampuan
dalam memetakan potensi ikan diharapkan dapat membantu nelayan dalam
menangkap ikan di laut dengan efektif dan efisien dalam batasan jumlah tangkapan
yang diperbolehkan (TAC).
5. Data
kondisi oseanografi untuk estimasi suhu permukaan laut (SPL) dari bulan Juni
sampai September 2006 (musim timur) diperoleh dari database NASA yaitu data
dari satelit AQUA dan sensor MODIS (Moderate-Resolution Imaging Spectrometer)
dengan resolusi spasial 4 km dan resolusi temporal bulanan (monthly average).
Data SPL MODIS yang digunakan dalam penelitian ini adalah data binary level 3 Standad
Mapped Image (SMI) dengan format HDF (Hierarchical Data Format).
4.2 Saran
Adapun
saran yang sangat diperlukan adalah
dikarenakan diiperlukan penelitian lanjutan pada semua musim sehingga
mendapatkan gambaran tentang zona potensial penangkapa ikan Tuna dan Cakalang
selama satu tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Fausan. 2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan
Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Berbasis Sistem Informasi Geografis Diperairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. [skripsi].
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Berbasis Sistem Informasi Geografis Diperairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. [skripsi].
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin
Nakamurah. 1969. Rancang Bangun Sistem
Informasi Geografis Untuk Mengetahui Tingkat
Pencemaran Limbah Pabrik Di Kabupaten Situbondo. Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim.
Puspita, S. 2005. Panduan Teknik Lapang: GIS, GPS dan Remote Sensing. [skripsi]. Fakultas
Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin
Wasilah.
2010. Sistem Informasi Geografis (Sig) Tambak
Ikan Di Kabupaten Lamongan Sebagai
Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Letak Strategis Dan Jenis Tambak Dalam
Mengembangkan Usaha Budidaya Ikan.
Zainuddin,
M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis Dalam Penelitian Perikanan Dan
Kelautan. [skripsi]. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin
Zainuddin, M.
2006. Estimasi Potensi Dan Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan
Pelagis Di Perairan Selayar Dengan
Menggunakan Citra Satelit Aqua/Modis.
[skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasanuddin.